Jam Belajar Sekolah Segera Ditambah
JAKARTA - Pemerintah meyakini rencana penambahan jam belajar di sekolah tidak akan membebani para siswa secara psikologis.
Pasalnya, penambahan waktu tersebut bukan semata-mata untuk mengikuti pelajaran secara formal di dalam kelas.
“Tidak serta merta menjadi beban, tergantung bagaimana mengemasnya.
Intinya, jangan sampai menambah beban belajar formal. Misalnya, jangan
sampai sudah ada pelajaran Matematika empat jam, kemudian ditambah
menjadi enam jam,” ungkap Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh
sesuai membuka Indonesia Science Festival, di Jakarta, kemarin.
Menurutnya, penambahan waktu tersebut harus menitikberatkan kepada
kegiatan-kegiatan mendasar untuk pendidikan karakter, sehingga dapat
memberikan manfaat bagi siswa. “Bisa dengan kegiatan ekstrakurikuler,
kegiatan keagamaan, atau berdiskusi bersama teman atau guru,” ungkapnya.
Mantan Rektor ITS itu menjelaskan, latar belakang wacana tersebut
karena saat ini sudah terjadi perubahan sosial di masyarakat. Orang tua
terlalu disibukkan dengan pekerjaan dan kegiatan, sehingga anak menjadi
kurang pengawasan ketika lepas dari sekolah.
“Sekarang ini ketika anak pulang ke rumah banyak orang tua yang masih
bekerja, lingkungan juga tidak menjamin. Karena itu, lebih baik stay di
sekolah dan guru bisa memberikan pendampingan yang lebih, sehingga
tercipta aspek proses belajar mengajar,” tutur Nuh.
Terkait dengan evaluasi kurikulum, dia mengatakan, ke depan kurikulum
pendidikan di Indonesia untuk mengembangan dunia pendidikan. ”Tidak
berkiblat ke mana pun, tetap akan mengambil yang terbaik bagi pendidikan
di Indonesia, sehingga bisa diterima untuk semua jenjang,” ungkapnya.
Segala kemungkinan dapat terjadi dalam penerapan kurikulum baru,
dapat menambah atau mengurangi mata pelajaran. ”Segala kemungkinan bisa
saja terjadi, bisa menambah mata pelajaran atau mengurangi mata
pelajaran yang ada. Semua tergantung dari exercise-nya,” imbuh Nuh.
Dalam Kajian Plt Direktur Jenderal Pendidikan Dasar (Dirjen Dikdas) Kemdikbud
Suyanto menjelaskan, rencana penambahan jam belajar di sekolah masih
dalam proses kajian bersama para pakar dan ahli pendidikan.
“Kalau nanti ditambah jam belajarnya, maka konsekuensinya mata
pelajaran harus dikurangi. Metode pembelajarannya juga bisa diubah
menjadi lebih tematik,” tutur Suyanto.
Menurutnya, saat ini jumlah mata pelajaran yang harus diampu para
peserta didik tidaklah sedikit. Untuk SD ada sembilan mata pelajaran,
SMP 12 mata pelajaran, dan SMA 16 mata pelajaran. Sementara SMK,
bervariasi tergantung dari jurusannya.
Wacana penambahan jam belajar merupakan bagian dari evaluasi
kurikulum yang sedang dilakukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Pemerintah beranggapan bahwa banyak persoalan masyarakat yang erat
kaitannya dengan dunia pendidikan, salah satunya tawuran pelajar. Salah
satu pemicunya adalah terlalu banyak waktu senggang yang dimiliki siswa
dan kurangnya pengawasan. (K32-37)
http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2012/09/20/199428/Penambahan-Jam-Tak-Bebani-Siswa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar